Buku yang berisi riwayat
para penyebar agama Islam di Nusantara ini, dimaksudkan sebagai masukan data,
sumber inspirasi para penulis scenario drama, sinetron, film dan sebagainya
untuk ditampilkan lagi dengan suasana yang lebih memikat di hati para
permisa.
Para Wali tersebut,
kebanyakan sakti, berkaromah, lebih hebat ketimbang Pendekar Ulat Sutra maupun
Pemanah Burung Rajawali. Para Wali bersifat luwes, tegas, agung, berwibawa,
belas kasih, dan telaten dalam membina masyarakat yang masih awam maupun
masyarakat yang sudah mapan pengalamannya terhadap pengetahuan agama.
Kami tidak hanya
menuliskan tentang riwayat Wali Sanga itu sendiri, melainkan juga menenuliskan
riwayat sebagaian murid-murid dan orang-orang terkenal yang erat kaitannya
dengan sejarah hidup Wali Sanga.
Kaum orientalis dan
mereka yang memusuhi Islam telah menuduhkan suatu kebohongan besar atas sejarah
Wali Sanga, ini dapat kita lihat pada dialog antara Sunan Kalijaga dengan Prabu
Brawijaya yang termuat dalam Serat Darmo Gandul. Di situ penulis Darmo Gandul
sengaja melecehkan ajaran-ajaran agama Islam dan mendiskreditkan Raden Patah
selaku Sultan Demak Bintoro sebagai anak durhaka karena berani menyerang
ayahandanya selaku Raja Majapahit. Padahal Majapahit bukannya jatuh oleh Demak,
melainkan oleh seorang raja Keling atau Kediri. Baru sesudah itu pihak Demak
yang note bene pewaris Kerajaan Majapahit menyerang Raja Girindrawardhana dari
Kediri.
Ada juga data nyleneh
dari Babad Tanah Jawa yang harus kita waspadai sebagai penyusupan tangan-tangan
jahil atas kesucian diri para Wali.
Selaku muslim yang baik
tentu kita tidak boleh tinggal diam atas intervensi ini. Itulah sebabnya kami
sengaja menyusun buku ini dengan versi yang agak lain dari yang sudah ada.
Bukannya kami mengada-ada, tetapi menampilkannya kembali dari sudut pandang yang
berbeda. Dan jelas akan menyimpang dari literature yang ada.
Para Wali sama sekali
tidak menggunakan kekerasan untuk berdakwah. Mereka menempuh jalan damai, dakwah
bil hal, dengan tingkah laku dan perbuatan mereka sendiri yang sesuai denga
ajaran Islam. Sehingga tampaklah mutu dan ketinggian agama Islam yang sangat
demokratis itu.
Mereka juga memanfaatkan
media masyarakat pada saat itu sebagai sarana penunjang dakwah. Mereka berusaha
keras menciptakan budaya baru yang penuh kreatifitas sehingga lahirlah aneka
jenis mainan dan dolanan anak-anak yang bernafaskan falsafah Islami, baik berupa
tembang atau lagu, gending tarian dan aneka jenis permainan lainnya.
Mereka juga menciptakan
sastra Jawa yang sangat tinggi nilai estetis dan falsafahnya, seperti Suluk,
lakon Wayang Caranga Dewa Ruci, dan beberapa karya sastra lainnya. Kisah
perjuangan mereka sangat unit. Pada saat berhadapan dengan rakyat jelata, rakyat
awam, orang-orang sakti, para sarjana (Brahmana dan pendeta Budha) maupun ketika
berhadapan dengan para penguasa.
Kita menuju keberhasilan
mereka pantas kita renungkan, kita jadikan pijakan untuk melangkah di jaman
modern ini dengan tantangan dakwah yang berbeda namun pada hakekatnya sama yaitu
MENGEMBANGKAN AGAMA ISLAM di daerah masing-masing.
download artikel, klik Kisah_Wali_Songo
Wednesday, October 5, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment