1. PENDIDIKAN PADA ZAMAN PURBA/KUNO
Pendidikan
adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia
itu ada dan masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada
kenyataannya dapat kita telaah bahwa praktek pendidikan dari zaman ke
zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau benang merah
pendidikan itu ialah :
a. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
c. Praktek
pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki
keunikan (ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing
bangsa.
MESIR
Mesir
purba telah mengenal peradaban dan kebudayaan tinggi. Ini terbukti
dengan telah dikenalnya tulisan dengan huruf heiroglyph (tulisan suci),
telah kenal kalender (penanggalan) dengan pembagian 12 bulan tiap tahun,
telah mengenal irigasi dan sebagainya.
Tujuan
pendidikan agar manusia berbuat susila sesuai dengan ajaran agama.
Materi pelajaran yang diberikan ialah membaca, menulis, berhitung,
bahasa dan ilmu mengukur tanah serta astronomi. Meski telah memiliki
pusat-pusat pendidikan yakni di kuil-kuil (piramide) yang di dalamnya
terdapat perpustakaan dan asrama bagi para guru dan murid-muridnya.
INDIA
Secara
ketat/tegas India membagi masyarakat dengan kasta/tingkatan. Dalam
kehidupan agama Hindu di India terkenal ada 4 kasta, yaitu; 1) kasta
Brahmana, 2) kasta Ksatria, 3) kasta Waisya, 4) kasta Sudra (Syudra).
Hidup
di India bukan ditentukan oleh kepercayaan kepada dewa, tetapi
ditentukan oleh tingkatan atau kasta tadi. Tujuan akhir hidup adalah
mencapai Nirwana. Ciri-ciri pendidikan di India adalah :
a. Pengajaran agama di nomor satukan.
b. Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.
c. Tujuan pendidikan; mencapai kebahagian abadi (Nirwana).
Penyelenggaraan
peadidikan berlangsung di rumah (keluarga) dan sekolah. Materii
pelajaran yang diajarkan yaitu astronomi, matematik, pengetahuan tentang
obat-obatan, hukum, kesusasteraan, sejarah.
CINA
Cina
memiliki keunikan dalam hal kebudayaan dan pendidikan. Artinya
dibandingkan dengan negara-negara timur lainnya. Cina memiliki sejarah
tersendiri. Kebudayaan Cina adalab asli Cina tidak terbaur atau
tercampur dengan kebudayaan dari luar. Ciri-ciri pendidikannya antara
lain:
a. Persoalan pendidikan tidak ada kaitannya dengan agama.
b. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan negara.
c. Tujuan pendidikan adalah mendidik orang berhati mulia dan menghormati sesama.
Tokoh-tokoh
pendidik dan filsuf terkenal pada saat itu ia LaoTse dengan ajaran Tao
=jalan Tuhan yang menjadi Taoisme sangat berpengaruh terhadap hidup dan
perikehidupan Cina. Tidak kalah juga pengaruhnya Kon Fu Tse (Konfusius)
dengan ajaran Li (etiket, kewajiban). Penyelenggaraan Pendidikan
dilaksanakan di dalam keluarga dan sekolah, Pelajaran pokoknya adalah
menulis dan mempelajari lambang lambang kata kata yang jumlahnya
mencapai 50 000. Di Cina juga dikenal adanya pendidikan pegawai.
YUNANI
Yunani
kuno terbagi menjadi Sparta dan Athena. Orang-orang Sparta mementingkan
pembentukan jiwa patriotik yang kuat dan gagah berani. Tujuan
pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara yang siap membela negara
(membentuk tentara yang gagah berani)
.
Ciri-ciri pendidikannya adalah :
a. Pendikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (hukan budak).
b. Anak-anak cacat atau lemah dimusnahkan.
c. Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
d. Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tabun diasramakan.
Sedangkan Athena lebih mernentlngkan kesehatan jasmani dan rohani serta hidup harmonis.
Ciri-ciri pendidikan di Athena adalah:
a. Pendidikan diselcnggaratcan oleb keluarga dan sekolah.
b. Sekolab diperuntukkan bagi siapa saja (behas).
Materi
atau hahan pengajaran utama bangsa Athena adalah gymnastis (gymnastik)
dan musik. Yang pertama bagi pendidikan jasmani dan yang lain bagi
pendidikan rohani.
ROMAWI
Pada
mulanya tujuan pendidikan Rornawi adalab terbentuknya manusia-manusia
yang siap berkorban membela tanah air. Inti pelajaran adalah
mempersiapkan warga negara menjadi tentara.Penyelenggara pendidikan
adalah di rumah-rumah keluarga bangsawan. Materi pelajarannya meliputi
mebaca, menulis, dan berhitung. Pada perkembangan selanjutnya Romawi
terbawa oleh arus aliran Epicurisme dan aliran Stoa. Aliran Epicurisme
berpendapat hahwa kebahagian akan terwujud manakala manusia menyatu
dengan alam. Aliran Stoa berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencapai
kebajikan. Kebajikan itu akan terwujud apabila manusia dapat menyesuai
kan din dengan alamnya, karena manusia adalah bagian dari alam.
Sedangkan alam itu sendiri dikuasai oleb budi Ilahi.
Dengan
munculnya dua faham tersebut cjta-cita atu tujuanRomawi beruhab dari
rnembentuk manusia sehat kuat untuk membela tanah air (kebajikan
kepahlawanan) menjadi membentuk manusia yang bijaksana dan berakal budi
(kebajikan kemanusian).
PENDIDIKAN PADA ABAD PERTENGAHAN
Ciri-ciri utama dari pendidikan pada abad pertengahan adalah :
a. Seluruh pusat pendidikan bersatu untuk mewujudkan cita-cita yang telah ditetapkan oleb gerreja Roma Katolik.
b. Gereja berusaha untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
c. Mendirikan sekolah-sekolah.
RENAESANCE
Masa
kelahiran (Rehaessance) ditandai dengan adanya usaha untuk mengkaji,
menafsirkan, merencanakan dan apabila perlu mengecam berlakunya
kebudayaan klasik (kuno).
Ciri-ciri utama gerakan ini adalah :
a. Terbebasnya manusia dari ikatan abad tengah.
b. Mencari alternatif pedoman yang dapat membebaskan individu dari ikatanin ikatan tadi.
Pada masa/jaman Renaessance muncul aliran :
a. Humanisme: berciri optimistis, tak percaya pada kekuatan di luar manusia termasuk dewa atau Tuhan.
b. Reformasi: berciri menetang gereja Katolik, ingin kembali ke ajaran Nasrani dengan Injil sehagai panutannya.
c. Kontra
Reformasi: ingin memperbaiki. keadaan (setelah adanya Reforrnasi) dan
menjalankan disiplin tinggi terhadap peraturan gereja.
Keadaan Pendidikan :
Tujuan pendidikan Humanisme: membentuk manusla yang berani, bebas dan gembira.
Tujuan pendidikan Reformasi: membentuk manusia yang bebas dari segala macam ikatan.
Tujuan pendidikan Kontra Reformasi: mempertfnggi disiplin menjalankan agama Katolik.
2. GARIS BESAR PENDIDIKAN PADA ABAD KE-17 SAMPAI ABAD KE-20 (DI BELAHAN DUNIA BARAT ATAU EROPA)
Permulaan
abad ke-17 atau masa-masa akhir abad ke 16 muncul alira baru dalam
dunia pendidikan. Aliran baru itu disebut Realisme. Ciri-ciri utama
aliran ini yaitu :
a. Tidak
sejalan dengan pemikiran Humanisme dan aliran yang mendahuluinya.
Aliran yang lalu (kuno) bersifat verbalistik dan berorientasi kepada
alam nyata.
b. Realisme (real= nyata, konkret) tertarik pada dunia nyata kepada alam dan benda benda.
Realisme
berpendapat bahwa lewat pendidikan orang harus mernperoleh pengetahuan
dan pengertian yang mendalam. Hal ini dapat dicapai dengan menjelajahi
permasalahan lewat dunia nyata. Untuk mencapai pengetahuan yang benar
cara berfikir duktif harus dinggalkan dan diganti cara berpikir induktif
dan mengutamakan pengamatan serta pengalaman.
Tokoh-tokoh pendidikan penting dan berjasa dalam hidang pendidikan abad ke-17 antara lain:
a. Francis
Bacon, ia berkeyakinan hahwa pendidikan masa lalu (klasik) tidak
bermanfaat hagi umat manusia lagi. Apabila manusia ingin sarnpai pada
kebenaran harus meninggalkan cara berpikir deduktif dan beralih ke cara
berpikir yang induktif. Dengan cara berpikir yang analitik orang akan
dapat membuka rahasia alam dan dengan terbukanya alam itu kita sebagai
bagian dari alam dapat menentukan sikap dan mengatur strategi hidup.
Artinya, dengan terbukanya alam kita rnanusia dapat menyesuaikan atau
memanfaatkan alam dari hidup dan kehidupan manusia.
b. Johann
Amos Comenuis. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus diorientasikan ke
dunia sana (baka), keakhirat. Ia menekankan pendidikan budi pekerti dan
kearifan. Asas hukum didaktik yang ía kemukakan adalah : 1) hukurn
kepastian, 2) hukum urutan 3) hukum kelancaran dan kesempatan belajar.
c. c.
Jean Baptiste La Salle, ia sependapat dengan Comenius, pendidikan harus
tertuju kepada hal-hal yang bersifat kebakaan (keakhiratan). Di dalam
menyiasati pendidikan ia menggunakan alat pendidikan yang terkenal yakni
hukuman dan ganjaran. Ia menekankan pengajaran kelompok.
Abad
18 sering disebut abad pencerahan (aufklarung). Segala usaha disemua
semua lapangan kehidupan memerluken penataan kembali. Perlu ditata
kembali karena abad (masa) yang lalu adalah masa gelap yang tidak
memberikan harapan hidup yang Iebih baik. Oleh karena itu perlu
pencerahan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pemikiran yang Iebih
rasional yang ingin terbebas dari Iingkungan tradisi dan adat istiadat.
Bagi kaurn nasionalis telah kehilangan hak hidup (jiwa).
PERBEDAAN MASA KEGELAPAN DAN MASA PENCERAHAN
ABAD KEGELAPAN
|
ABAD PENCERAHAN
|
|
a.
|
Manusia percaya pada Tuhan dengan segala ajarannya.
|
manusia
percaya pada kemauan akal budinya. Manusia meyakini bahwa yang dapat
membahagiakan adalah manusia itu sendiri, bukan kasih sayang Tuhan.
|
b.
|
Manusia terikat oleh aturan dan ketentua gereja.
|
Manusia ingin bebas dari semua ikatan yang membelenggunya, baik ikatan gereja maupun negara.
|
c.
|
Manusia dibentuk untuk melayani gereja, pendidikan diselenggarakan oleh gereja dan mengabdi gereja.
|
Manusia ingin adanya kebebasan pendidikan tanpa campur tangan gereja dan negara.
|
Tokoh yang menonjol pada abad ke-18 adalah :
a. I.
J. Rousesau berpendapat bahhwa pada dasar (asal)-nya rnunusia baik,
menjadi jelek (jahat) karena peng lingkungan. Dasar pendidikan menurut
Rousseau adalah pembawaan dan tujuan pendidikan ialah membentuk manusia
yang bebas merdeka. Sifat pendidikan adalah individualistis dan individu
(anak) itu harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat dan bahkan
dijauhkan dari orang tuanya. Hasil pemikirannya dituangkan dalam buku Le
Contract Social berisi tentang ilmu kenegaraan dan Emile yang berisi
bagaimana mendidik anak sampai dewasa yang baik dan benar.
b. John
Locke (1632-1704), ia seorang tabib yang ahli filsafat dan ahli ilmu
jiwa J.I. Locke berpendapat bahwa jiwa itu waktu dilahirkan kosong dan
pasif. Jiwa itu pada saat lahir sama dengan tabula rasa (meja lilin)
atau a shett of paiper (sehelai kertas) putih bersih. J. I Locke seorang
empirist, ia menyatakan bahwa empirist (pengalaman) adalah sumber
pengetahuan. Tentang masalah pendidikan Locke berpendapat bahwa
pendidikan itu berkuasa bahkan maha kuasa. Ia tidak percaya adanya
pembawaan (bakat). Tujuan pendidikan menurut dia adalah membetuk
seseorang kasatria (gentleman) yang saleh dan berguna bagi hidup bersama
dalam masyarakat. Sebagai seorang tabib (dokter) ia menekankan
pentingnya pendidikan jasmani. Locke juga adalah seorang deist (De =
Deus = Tuhan). Tetapi ia tidak mau menerima ajaran agama yang dogmatis
(kaku, beku, lugu). Baginya agama adalah akal budi. Oleh karenat itu ia
memperhatikan pendidikan kesusilaan. Manusia harus mampu munguasai diri
sendiri dan memiliki hargadiri. Anak harus patuh tanpa ganjaran ataupun
hukuman.
Abad
19 dunia mengalami percepatan (akselerasi) di segala lapangan hidup
karena dilhami revolusi Perancis dan revolusi industri. Dengan meluasnya
cita-cita pencerahan yang mengumandangk semboyan manusia dilahirkan
bebas dan memiliki derajat yang sama, rnereka (kasta ketiga, di luar
kaum agama dan bangsawan) menuntut egality fraternity dan liberty.
Mereka menuntut penyelenggaraan pendidikan jangan hanya di peruntukkan
bagi bangsawan dan kaum agamis saja. Orang mulai menyadari bahwa sekolah
sebagai suatu lembaga penting untuk mencapai kemajuan dalam segala
lapangan hidup. Kemajuan cara berpikir melalui jasa ilmu dan pengetahuan
membawa perkembangan di bidang industri. Mekanisme di bidang produksi
mengganti tangan-tangan manusia. Jadi di bidang industri pun mengalami
lompatan percepatan kemajuan. Jadi sangat masuk akallah apabila di
budang pendidikan dan pengajaran pada abad ke-19 itu mengalami
perkembangan pula. Perkembangan itu antara lain adalah pendidikan per
kepala harus diganti dengan sistem klasikal.
Pendapat Pentalozzi J.H. Pestalozzi sangat mementingkan pendidikan keluarga. Keluarga menurut Pestalozzi merupakan kunci keberhasilan pendidikan. Inti pendidikan adalah pendidikan kesusilaan dan pendidika keagaman. Dasar pendidikan menurut dia adalah kodrat anak dan tujuan pendidikan mengembangkan segala daya kemampuan anak untuk mencapai kemanusiaan sejati. Adalah menjadi tugas pendidik agar anak dapat niengentaskan dirinya sendiri (dapat hidup mandiri). Sebagai alat pelajaran metode yang tepat menurut Pentalozzi adalah metode peragaan.
Friedrich
Frobel (1782-1852), sangat mencintai anak dengan dunia anak-anaknya.
Dia berpendapat bahwa sumber dari segala sumber segala sesuatu adalah
Tuhan. Tiap manusia mempunyai dorongan. Tugas pendidik adalah
memperkembangkan dorongan itu secermat-cermatnya agar dengan demikian
manusia memiliki budi pekerti dan dapat menciptakan kebudayaan serta
memelihara dan memajukan kebudayaan itu. Pendidikan yang benar adalah
pendidikan yang memperhatikan persesuaian antara kebutuhan dengan alam
anak-anak. Perinsip pendidikan Frobel adalah anak harus dibuat aktif,
aktif bermain dan aktif bekerja serta aktif berlatih. Perinsip
didaktiknya adalah pengajaran harus dimulai dari yang sederhana, yang
gampang meningkat kepada hal-hal yang komplek, yang sulit.
Pokok-pokok pikiran pendidikan abad ke-20 :
a. Pendidikan/pengajaran lama yang pasif diganti dengan pendidikan yang membuat anak aktif.
b. Pendidikan lama bersifat teacher centred, menurut pikiran baru harus pupil centerd. Anak sebagai subyek didik.
c. Pendidikan harus diindividualisasikan.
d. Pendidikan bertujuan membentuk manusia yang memiliki integritas kepribadian timggi dan bertanggung jawab.
e. Pendidikan harus mampu mempersiapkan anak masuk kedalam dunia kerja, dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh penting yang berjasa di bidang pendidikan :
a. Montessori
: Asas pendidikan yang dikehendaki Montessori adalah
kebebasan/kemerdekaan. Montessori berpendapat bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki tenaga dalam. Dalammenyiasati pengajaran ia tidak
setuju dengan hukuman. Hukuman akan datang dari anak itu sendiri
manakala anak itu mengalami kegagalan dan berbuat kesalahan.
Prinsip-prinsip dasar metode pengajaran Montessori ; 1) prinsip
kebebasan, 2) prinsip ilmiah, 3) prinsip keaktifan sendiri. Montessori
setuju dengan metode penyampaian materi pelajaran dengan metode
peragaan. Latihan-latihan diberikan sesuai asas didaktik yakni secara
berurutan dari yang mudah menuju yang sukar.
Latihan-latihan itu
meliputi :
1) latihan otot,
2) latihan alat dria dan
3) latihan akal.
b. Dr. Ovide Decroly (1871-1932). Ia menjadi terkenal karena semboyannya : I'ecole pour la vie par la vie (sekolah untuk kehidupan oleh kehidupan).
Maknanya adalah bahwa anak adalah manusia yang selalu tumbuh dan
berkembang. Mereka harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan sosial.
Jadi sekolah harus berhubungan erat dengan kehidupan. Montessori
menemukan dan kemudian menyusun teori globalisasi dan pusat minat.
Globalisasi (Jerman: gestall) adalah dalam mengamati susuatu mula-mula
terungkap kesan keseluruhan dari sesuatu itu baru kemudian menyusul
bagian-bagiannya.
Tentang pusat minat menurut O. Decroly ada 4 pusat
minat yaitu :
1) makanan,
2) pakaian,
3) pertahanan diri,
4) permainan
dan pekerjaan.
c. John
Dewey, Ia penganut aliran filsafat pragmatisme. Seorang pragmatis
berpendapat bahwa suatu pengetahuan itu benar apabila pengetahuan itu
berguna dalam memecahkan masalah kehidupan. Jadi mengandung nilai
praktis. Pendidikan memiliki 2 aspek yakni aspek psikologis dan aspek
sosiologis. Aspek psikologis artinya tiap anak mempunyai daya-daya atau
potensi yang harus dikembangkan. Aspek sosiologis adalah bahwa
perkembangan daya atau potensi itu diarahkan agar bremanfaat dalam
kehidupan sosial. Dewey menentang "sekolah dengar" yang sama sekali
tidak memperhatikan minat dan instink anak.
Menurut J. Dewey ada 4
instink anak yang perlu diperhatikan :
1) instik bermasyarakat,
2)
instink membentuk sesuatu,
3) instink menyelidiki, dan
4) instink
kesenian.
Sesuai
dengan konsep sekolah kerjanya, Dewey berpendapat bahwa sekolah yang
baik adalah sekolah dalam bentuk masyarakat kecil. Maknanya adalah
sekolah adalah merupakan tempat bekerja, langsung praktek kerja nyata.
Urutan kegiatan pelajaran berintikan :
1) pelajaran berburu dan
menangkap ikan,
2) mengembala, bertani dan berdagang, dan
3) industri.
Dengan
di tampilkannya tokoh-tokoh pendidikan beserta konsepnya bukannya
berarti kita harus mengagumi tokoh-tokoh tersebut, yang kita akui memang
berotak brilian, dan mengambil alih saja pendapat (konsep)-nya .
Dari
sejarah pendidikan itu kita dapat mengambil manfaat, mana yang tepat
dapat kita gunakan dan mana yang seharusnya dibuang karena tidak cocok.
Karena tidak semua konsep dapat diterapkan di dalam segala waktu, tempat
dan suasana.
Contoh :
Sekolah
Dewey misalnya bagi kebanyakan negara terlalu mahal biayanya. Di
samping adanya kelemahan yang mendasar misalnya tidak memperhatikan
aspek kesusilaan (kerohanian) keagamaan/ketuhanan. Demikian pula
Montessori, aspek sosial anak kurang diperhatikan dan sekolah montessori
amat mahal. Sistem pendidikan Montessori juga sangat intelektualistis
karena terlalu mementingkan prkembangan akal, perasaan kurang mendapat
tempat. Ia terlalu jauh menekankan pada perkembangan alat dria,
disamping jasanya dengan asas tanpa perkembangan anak dan mendidik anak
untuk mandiri.
3. PENDIDIKAN DI INDONESIA
Berikut
keadaan pendidikan di Indonesia sejak zaman purba hingga kini. Inti
pembicaraan sekilas pendidikan di Indonesia meliputi pendidikan zaman
purba, zama pengaruh Islam, dan pendidikan zaman penjajahan.
Dasar
pendidikan masa Hindu Budha adalah filsafat Hindu Budha. Tujuan
pendidikan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai Nirwana. Manusia
yang dapat mencapai Nirwana adalah manusia sempurna. Sistem
penyelenggaraan pendidikan adalah sistem guru-kuladan berlangsung dalam
asrama.
Bersamaan
masuknya agama Islam ke Indonesia masuk pula kebudayaannya. Pengaruh
kebudayaan Islam meliputi semua segi kehidupan, termasuk pendidikan.
Tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia muslim yang sholeh
(berakhlak) yang baik. Ada dua lembaga pendidikan penting pada
penyebaran agama Islam yakni : langgar dan pesantren disusul kemudian
adanya madrasah. Pendidikan agama Islam tidak terbatas, siapapun boleh
mengikuti lembaga pendidikan Islam, sifat pendidikan demokratis dan
pengajaran unuk rakyat. Di suatu tempat seperti di Sumatera Barat
tidak ada pemisahan antara langgar dan pesantren, di sini sekolah agama
Islam disebut "surau". Kemudian sekolah-sekolah Islam berkembang dan
mendirikan bangunan sekolah yang disebut madrasah.
Pendidikan
pada masa penjajahan kurang dapat dirasakan oleh para penduduk pribumi
(bumi petera). Pendidikan pada masa penjajahan diabaikan demi
kepentingan pemerintah (penjajah). Tujuan utama pendidikan pada masa
penjajahan Belanda adalah :
1) mencetak tenaga kerja murah yang siap
mengabdi kepada pemerintah (kepentingan penjajah Belanda),
2) untuk
tetap mempertahankan kelangsungan penjajah Belanda di Indonesia.
Pada
masa penjajahan Jepang tujuan pendidikan yang dilaksanakan adalah:
1)
untuk mendapat tenaga kerja rendahan (murah) dan
2) untuk membentuk
tentara yang siap melawan sekutu.
Menyadari
keadaan pendidikan pada masa penjajahan yang sangat merendahkan
martabat bangsa sendiri, maka muncul tokoh-tokoh masyarakat yang
berkeinginan untuk mendirikan lembaga pendidikan formal (sekolah).
Tokoh-tokoh antara lain Ki Hajar Dewantara, KH. Achmad Dahlan dan Moch.
Syafei.
Sadar
akan kebodohan dan keterbelakangan sebagian besar warga pribumi akibat
tidak mendapat perhatian dari penjajah maka Muhammdiyah bangkit dengan
cita-cita mempertinggi dan memperluas pendidikan agama Islam secara
modern dengan tujuan memperkuat dan memperteguh keyakinan akan kebenaran
ajaran Islam.
Taman siswa dengan pendirinya Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah sebagai usaha mencapai kemerdekaan bangsa lewat pendidikan.
Moh.
Syafei di Sumatera Barat mendirikan Perguruan Ruang Pendidik INS
Kayutanam, ia menantang pendidikan kolonial yang
verbalistik-intelektualistik. Sekolah INS Kayutanam memakai konsep John
Dewey yaitu; "learning by doing". Jadi INS Kayutanam
mementingkan keterampilan bekerja dari pada keterampilan berfikir murni,
tetapi bukan berarti tidak rasional, justru INS mementingkan cara
berfikir yang akaliah (rasional).
Konsep ini tampak pada tujuan
pendidikan yaitu :
1) mendidik anak untuk berfikir rasional,
2)
mendidik anak bekerja secara teratur dan bersungguh-sungguh,
3)
membentuk anak-anak menjadi manusia yang berwatak dan
4) menanamkan
perasaan persatuan.
0 comments:
Post a Comment